Limapuluh Kota, Kupaspost.com - Kendati gerimis, namun upacara tabur bunga dalam rangka peringatan peristiwa gugurnya 9 Syuhada di Titian Dalam di Kenagarian Pandam Gadang, Kecamatan Gunuang Omeh, Senin (11/1) tetap berlangsung hikmat dan lancar.


Upacara memperingati peristiwa berdarah dalam rangkaian sejarah Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) 72 tahun silam itu dipimpin Bupati Limapuluh Kota diwakili Asisten Bidang Pemerintahan Dedi Permana dan diikuti anggota DPRD Kabupaten Limapuluh Kota Khairul Apit, Kaban Kesbangpol Herman Azmar,  Wakil Rektor III UMSB Mochammad Abdi, unsur Forkopimda, TNI/Polri, dan pelajar serta para tokoh dan berbagai elemen masyarakat setempat.


Dedi Permana mengatakan kegiatan ini merupakan momentum mengingat kembali perjuangan para syuhada dalam peristiwa bersejarah bangsa yang terjadi di Titian Dalam. Dikatakannya, generasi muda hendaknya benar-benar mengenal para pejuang PDRI di Titian Dalam yang telah mengorbankan jiwa dan raganya bagi negeri ini. 


"Setiap tahun pada tanggal 10 Januari kita selalu melakukan peringatan gugurnya 9 Syuhada di Titian Dalam. Mari kita teladani dan warisi semangat pantang menyerah dan rela berkorban yang ditunjukan para syuhada yang gugur dalam medan pertempuran di Titian Dalam itu," ujar Dedi.


Sementara itu Wakil Rektor III UMSB Mochammad Abdi mengungkapkan kawasan Pandam Gadang merupakan daerah yang kaya dengan potensi sejarah, sehingga ke depan nagari ini sangat layak untuk dikembangkan menjadi kawasan destinasi sejarah. Disamping komplek pemakaman 9 syuhada, juga ada rumah Tan Malaka.


"Kebetulan UMSB dengan Nagari Pandam Gadang juga sedang menyiapkan ke arah pengembangan destinasi wisata sejarah," ungkapnya.


Sebelumnya, dalam tulisan lintas sejarah peristiwa gugurnya 9 Syuhada pejuang PDRI di Titian Dalam yang ditulis tokoh masyarakat Pandam Gadang Rusli Said Dt. Rajo Imbang menyebutkan, sembilan syuhada yang gugur di Titian Dalam itu adalah Syarif MP, Engku Kayo Zakaria, Dirin, Nuin, Radian, Manus, Nyik Ali, Abas dan Mak Nirin. Para pejuang itu gugur karena dihujani Belanda dengan tembakan ketika berusaha merusak jembatan Titian Dalam agar pasukan Belanda tidak bisa masuk ke Koto Tinggi tempat para pimpinan PDRI.


Dikatakan, kesembilan syudaha itu merupakan orang yang berperan penting dalam keberlangsungan Republik ini. Kalau mereka tidak membuat gangguan terhadap pasukan Belanda yang akan melakukan penyerbuan ke pusat PDRI di Koto Tinggi, barangkali para pemimpin PDRI akan tertangkap oleh para penjajah saat itu.


Rusli berharap, pihak pemerintah bisa membangun patung para syuhada itu menunjuk ke jembatan Titian Dalam, serta membuat prasasti dan tulisan permanen yang menuliskan nama-nama 9 Syuhada tersebut. (JPP)

 
Top