Pariaman-kupaspost.com- Di jantung Kabupaten Padang Pariaman berdiri Stasiun Kayu Tanam (KTN), sebuah bangunan perkeretaapian kelas II yang menyimpan rekam jejak panjang perkembangan transportasi berbasis rel di Sumatera Barat. Terletak di kilometer 60+038 jalur Teluk Bayur–Padang–Lubuk Alung–Sawahlunto pada ketinggian +144 meter di atas permukaan laut, stasiun ini telah menjadi saksi perjalanan sejarah sejak awal abad ke-20.
Kepala Humas KAI Divre II Sumatera Barat, Reza Shahab menyampaikan bahwa keberadaan Stasiun Kayu Tanam tidak dapat dilepaskan dari pembangunan jaringan rel oleh Pemerintah Hindia Belanda yang saat itu bertujuan menghubungkan kawasan tambang, pelabuhan, dan pusat ekonomi di pedalaman. Letaknya yang strategis menjadikan Kayu Tanam sebagai titik penghubung utama, termasuk sebagai lokasi jalur kereta bergigi (rack railway) satu-satunya di Sumatera Barat yang menghubungkan Kayu Tanam dengan Padang Panjang. Meskipun jalur gerigi tersebut kini tidak lagi beroperasi, nilai sejarahnya tetap hidup dan melengkapi identitas kawasan sebagai pusat penting perkeretaapian di masa lalu.
Penetapan Stasiun Kayu Tanam sebagai bangunan cagar budaya dengan nomor registrasi KB003149 melalui SK Nomor 432-144-2019 mempertegas pentingnya pelestarian bangunan ini. Arsitektur kolonial yang masih dipertahankan, mulai dari tiang besi tempa, jendela kayu besar, hingga langit-langit tinggi menjadi pengingat bagaimana infrastruktur transportasi pernah berjalan beriringan dengan perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat.
Dalam perjalanannya menuju era modern, pada 1 November 2016 KAI meresmikan layanan kereta lokal Lubuk Alung - Kayu Tanam, yang kemudian diperpanjang hingga Bandara Internasional Minangkabau (BIM) pada 22 Maret 2019. Transformasi tersebut bukan hanya menghadirkan konektivitas baru, tetapi juga memberi manfaat besar bagi warga sekitar yang membutuhkan akses ke pusat kegiatan ekonomi, pendidikan, maupun ke bandara. Saat ini, Stasiun Kayu Tanam melayani 6 (enam) frekuensi perjalanan KA Lembah Anai relasi Kayutanam-BIM yang terus menjadi alternatif transportasi andal, efisien, dan ramah lingkungan.
Tak jauh dari stasiun ini, terdapat objek wisata ikonik seperti Air Terjun Lembah Anai dan Jembatan Tinggi Kereta Api yang kini menjadi bagian dari Warisan Dunia UNESCO. Lokasinya yang berdekatan menjadikan Stasiun Kayu Tanam pintu masuk penting bagi wisatawan yang ingin menjelajahi destinasi sejarah dan alam di dataran tinggi Minangkabau.
Meskipun menghadapi tantangan seperti integrasi transportasi lanjutan dan frekuensi perjalanan yang masih terbatas, masa depan Stasiun Kayu Tanam tetap terbentang luas. Penguatan digitalisasi layanan seperti informasi jadwal real-time dan peningkatan fasilitas inklusif menjadi langkah strategis untuk menjadikan KTN sebagai “smart station” di masa mendatang.
“Bagi masyarakat Kayu Tanam, stasiun ini bukan hanya bangunan bersejarah, melainkan bagian dari identitas mereka. Dari rel tua hingga perjalanan modern hari ini, Stasiun Kayu Tanam terus menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan mobilitas Sumatera Barat”, kata Reza.
Stasiun Kayu Tanam merupakan simbol komitmen KAI dalam menjaga warisan sekaligus menghadirkan layanan yang relevan bagi masyarakat. Kami terus berupaya menghadirkan layanan transportasi yang aman, terjangkau, dan bermanfaat bagi masyarakat, tanpa meninggalkan nilai sejarah yang dimiliki setiap stasiun. Kayu Tanam adalah contoh bagaimana infrastruktur perkeretaapian dapat menjadi ruang hidup yang menyatukan sejarah, pendidikan, dan mobilitas.
“Ke depan, kami berharap Stasiun Kayu Tanam dapat terus berkembang sebagai simpul layanan yang mendukung mobilitas masyarakat sekaligus menjadi ruang pembelajaran sejarah perkeretaapian bagi generasi muda. “Dengan kolaborasi bersama pemerintah daerah, komunitas pecinta kereta api, dan masyarakat sekitar, kami optimis stasiun ini akan semakin memberikan manfaat luas dan menjadi bagian penting dari perjalanan transportasi berkelanjutan di Sumatera Barat,”tutup Reza.
Salam hangat,
Kepala Humas KAI Divre II Sumatera Barat
Reza Shahab
(Siaran pers KAI Divre II Sumatera Barat 25 November 2025)
