Penemuan Peluru Meriam diduga peninggalan pahlawan nasional Tuanku Imam Bonjol, pada Perang Paderi melawan Penjajah Belanda, pada 1803-1838. Fajar PR.

Pasaman, Kupasnews.com_ Peluru Meriam diduga sisa-sisa Perang Paderi yang dipimpin Tuanku Imam Bonjol ditemukan oleh warga di Nagari Ganggo Hilia Kecamatan Bonjol Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, Selasa (7/7/2020). 

Menurut Arbi Tanjung, di Lubuk Sukaping, penggiat budaya mengatakan, puluhan peluru tersebut ditemukan oleh salah seorang keturunan Tuanku Imam Bonjol  bapak Zairil (61) di kawasan belakang  rumahnya, saat menggali lobang septi teng, diduga beratnya mencapai dua ton, ada yang berbentuk bulat ada juga yang setengahnya.

Menurutnya, saat ini benda bersejarah tersebut masih diamankan di kediaman salah seorang keturunan pahlawan nasional tersebut dan direncanakan akan diserahkan sebagai koleksi ke Museum Tuanku Imam Bonjol di Pasaman, terang Arbi.

Ia menegaskan, sebagai antisipasi agar benda tersebut tidak dikuasai oleh para kolektor benda-benda antik, ia bersama sejumlah penggiat lainnya sedang menggalang dana yang akan diserahkan kepada pihak penemu benda itu. 

" Kami menargetkan nilai yang terkumpul bisa mencapai minimal Rp 2,5 juta sebagai pengganti uang lelah, sehingga benda-benda itu tetap aman dan bisa dijadikan salah satu koleksi di museum itu," Ungkapnya. 

Salah seorang penggiat lainnya, Rika Fitriani, meminta semua pihak terkait bisa bersuara sama dalam menjaga situs sejarah dan penemuan sisa-sisa Perang Paderi itu agar bisa menjadi pengingat dan media pembelajaran bagi generasi penerus bangsa. 

" Sebagai Ranah Pahlawan Nasional, kawasan Bonjol yang menjadi pusat pertahanan Tuanku Imam Bonjol saat memimpin peperangan melawan penjajah Belanda, hampir tidak terekspose dan nyaris luput dari perhatian," Sesal Rika.

Ditambahkan penggiat budaya lainnya, Mulyadi Putra, menilai sejauh ini perhatian pihak pemerintah daerah setempat belum menjadikan upaya pemeliharaan situs-situs bersejarah sebagai program kerjanya. 

" Perang Paderi bukanlah peristiwa biasa melainkan sebuah untaian permata yang menjadi saksi bagaimana kegigihan para pendiri negara ini membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan," Tegasnya. 

Sebagai anak bangsa, ia beserta komunitas penggiat lainnya merasa terpanggil untuk turut serta menyelamatkan situs sejarah dan budaya yang tersebar cukup banyak di daerah itu. 

" Kami satukan apa yang kami bisa lakukan, yang penting aset sejarah itu bisa diselamatkan, " Tutupnya. 

Seperti diketahui, Tuanku Imam Bonjol lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatra Barat, Indonesia, pada 1772. Tuanku Imam Bonjol wafat dalam pengasingan dan dimakamkan di Lotta, Pineleng, Minahasa, 6 November 1864. Ia merupakan salah seorang ulama, pemimpin dan pejuang yang berperang melawan Belanda. (fjr)

 
Top