Novia Hertini Founder Batik Loempo didampingi Komisaris CV. Novia Sudiwahono menjelaskan kepada awak media terkait nama Batik Loempo dicatut dan disangkakan terhadap kasus Handsanitizer di BPBD Sumbar. Ia mengklarifikasi dan mempertegas bahwa tuduhan tersebut salah alamat. Arie Sutan Malin Mudo



Padang, Kupaspost.com- Bak halilintar di angkasa luar, begitu juga dengan pemberitaan terkait dugaan Mark up anggaran pengadaan Handsanitizer di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar. Bahkan, kasus inipun sudah bergulir atau sudah dibentuk panitia khusus (Pansus) oleh DPRD Sumbar.

Bahkan, adanya pernyataan dari pihak tertentu yang menyebutkan proyek 150 M tersebut ditenderkan, disana juga menyebutkan atau mencatut nama Batik Loempo. Padahal, sebenarnya informasi tersebut belum tentu kebenarannya. 

“Bak petir di siang bolong, saat saya (Novia_red) dapat kabar dari teman-teman wartawan, nama saya Novia Hertini diberitakan masuk dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK RI untuk pengadaan hand sanitizer dalam penanganan darurat bencana Coviod-19, tentunya ini yang membuat saya kaget,” ungkap Hertini, sang Pendiri Asosiasi Pengusaha Perancang Mode (APPMI) Sumbar ini kepada sejumlah media di Padang, Rabu (24/2/2021) malam di sebuah hotel di Padang.

Saat memberikan keterangan persnya, Air mata terlihat menggenang di pelupuk mata Novia Hertini, sang Founder father Batik Lumpo ini. Kesedihan mendalam, sangat jelas tergurat dari raut wajahnya meski mulut dan hidungnya ditutupi masker malam itu.

Ya, wajar wanita berkacamata ini sedih, sekaligus kecewa. Karena, namanya dikait-kaitkan dengan dugaan penyelewengan pengadaan hand sanitizer di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar untuk penanggulangan darurat bencana Covid-19 tahun 2020 lalu.

Padahal, sedikitpun dan sama sekali wanita peraih Anugerah Upakarti tahun 2020 dari Presiden Joko Widodo ini tak pernah bersentuhan dengan yang namanya pengadaan hand sanitizer dengan BPBD Sumbar maupun pihak lainnya.

Namun entah kenapa, tiba-tiba namanya muncul dalam pemberitaan di media online. Sumber berita media online itupun dari lembaga resmi yakni Anggota Panitia Khusus (Pansus) DPRD Sumbar dan BPBD Sumbar.

Dipaparkan Novia, saya tegaskan bahwa Batik Lumpo bukan pemasok dan pemenang tender Handsanitizer yang diributkan. Lagian, lanjutnya LHP BPK RI tidak ada memasok apapun dari kami dan tidak pernah adanya temuan dan penyimpangan baik peningkatan harga maupun lain sebagainya. 

Ia melanjutkan, Batik Loempo bukan pemenang tender yang disangkakan juga tidak pernah pemasok pengadaan tersebut apalagi menyangkut alkes (handsanitizer). Sebab ini bukan ranah dan rohnya kami. Kami hanya usaha berbasis kemasyarakatan yang mana ada legalitas hukumnya dan bergerak dibidang fashion desainer.

" Perlu digaris bawahi, bahwa Batik Lumpo dan CV. Novia porsi sangat berbeda. Batik Lumpo sebuah produk kerajinan, juga menaungi banyak IKM sedangkan CV. Novia faokus pada desaigner dan fashion. Maka dari itu, sebagai Founding fathernya Batik Lumpo saya merasa difitnah dan dizalimi dengan persoalan ini," ujar Novia Hertini mempertegas.

Kami melihat, tuduhan ini sangat salah alamat dan tidak sesuai dengan realnya. Kembali kami pertegas, bahwa Batik Loempo tidak pernah pemasok maupun pemenang tender Handsanitizer. Sedangkan yang memasok Handsanitizer tersebut adalah perusahaan lain, pungkasnya.

Bagi Hertini, pemberitaan itu jelas menyentak batin wanita yang mengawali karirnya di bidang fashion desainer, sekaligus bergerak dalam pembinaan UMKM serta pemberdayaan ibu-ibu rumah tangga. 

" Pemberitaan itu jelas berpotensi mencemarkan nama baik saya dan membuat reputasi Batik Lumpo preseden buruk bagi masyarakat. Padahal, sebagai pengusaha Batik Lumpo yang meraih anugerah upakarti dari Presiden RI kami sama sekali tidak mengetahui persoalan tersebut," tegas Novia.

Tentunya semua ini ada hikmahnya, kami tidak menunutut dan membalas, klarifikasi iya. Bagi yang telah menfitnah Batim Loempo kami doakan agar diberikan hidayah oleh Allah swt. Selanjutnya kami memaafkan pihak-pihak yang berkaitan dengan pemberitaan tersebut, atau pihak-pihak yang menyebut nama kami terlibat dalam pengadaan hand sanitizer yang kini tengah ditangani oleh Pansus DPRD Sumbar, beber Novia dengan nada optimis.

“Sedikitpun saya tak berniat untuk membalas atau melaporkan ke jalur hukum karena telah mencemarkan nama baik saya. Saya lebih memilih meluruskannya dan mendoakan pihak-pihak yang menyebut nama saya sebagai orang yang turut terlibat dalam pengadaan hand sanitizer itu, selalu dalam lindungan dan mendapat safaat dari Allah,” ucap Novia, desainer yang konsisten mengembangkan batik lumpo. 

Semua ada jalan keluarnya, ingat dibalik semua ini tuhan punya rencana lain. Kami berharap kasus ini segera berakhir, semuanya baik-baik saja dan tidak ada lagi bola liar yang terus menggelinding. Semuanya kita serahkan pada tuhan dan pada pihak yang berwenang agar semua kembali membaik, pinta Novia mengakhiri jumpa persnya. (Hr1/rel)

 
Top